Ads 468x60px

Pages

Jumat, 24 April 2015

Cerpen Bahasa Indonesia Terbaru Peperangan dan Persahabatan



ANGGAPAN ITU... AH NYARIS SEMPURNA
                                                                        Farid Aan Maulana Bajuri


                 Setelah mencuci pakaian kotorku, aku menjermurnya di bawah terik sang surya yang sangat mendukung aktivitas hari ini. Lumpur yang menempel pada tiap-tiap permukaan kecil kain membuatku sedikit sulit untuk bisa mengembalikan warna putih baju latihanku. Pada zamanku ini memang kemajuan teknologi belum berkembang pesat di berbagai bidang. Untuk mencuci saja kami harus menggunakan campuran daun-daun hijau yang berasal dari hutan sebelah perkampunganku yang bisa dikatakan masih belum terjamah sepenuhnya oleh manusia.

            Perkenalkan namaku Gakido Araa. Keluarga dan orang-orang sekitarku biasa memanggil Garaa. Darah klan Araa mengalir dalam tiap-tiap pembuluh nadi dan venaku. Aku adalah anak pertama dari empat bersaudara. Kalau disebutkan menurut yang tertua ialah Aku sendiri, Kimoji, Hajime dan Saykoji. Aku tidak tahu alasan mengapa orangtuaku memberikan nama-nama tersebut kepada anak mereka. Sampai sekarang ketika aku bertanya tentang makna namaku dan saudaraku mereka menjawab jika aku harus menemukan makna itu dengan sendirinya.
            Ayahku adalah pemimpin dari klan Araa. Dengan begitu keluargaku pastinya mendapatkan perhatian khusus dari masyarakat klan. Sebagai anak dari seorang pemimpin besar, aku mempunyai tanggung jawab besar dikemudian hari untuk meneruskan apa yang akan diwariskan oleh ayah terhadapaku yaitu kepemimpinan klan.
            Ada satu hal penting yang harus dilakukan ketika bertemu dengan orang baru. Entah itu berkenalan, menolong yang nantinya akan terjadi pemberitahuan nama maka jangan sampai memberikan nama klan. Hampir semua klan di tanah Sakura ini enggan memberitahukan nama darah keturunan mereka. Berbagai alasan menjadi tempat untuk sembunyi mengapa hal itu terjadi. Namun tempat yang nyaman untuk sembunyi itu adalah perang besar yang terjadi di masa lalu.
            Seperti yang aku tahu, ayahku memberitahuku mengapa perang besar antar klan itu terjadi. Faktor pertama ialah mereka tidak mau diperbudak antar klan lainnya. Kedua, klan-klan yang kuantitas manusianya besar ingin menjadi penakluk ulung tanah indah gugur sakura. Dua faktor penting itu yang menyebabkan perang besar yang menghancurkan bukan hanya daerah-daerah kekuasaan klan, namun mental-mental manusia yang hidup disekitarnya.
            Klan Araa sebagai salah satu klan besar mempunyai rival yang sangat kuat yaitu klan Doujuro. Kekuatan perangnya sebanding dengan kekuatan klan kami. Walaupun perang sudah usai, sampai saat ini hubungan antar kedua klan seperti malam. Terlihat damai namun sunyi. Bahkan orang tuaku melarang kami empat saudara untuk berhubungan dengan salah satu diantara mereka.
            Aku pun kembali ke ruang yang nyaman untuk beristirahat. Ruang yang dapat diibaratkan singgasana kehidupan. Ruang yang didapatinya ada hidup dan mati, lebih tepatnya tidur dan bangun tidur. Merebahkan badan di dalam tumpukan kapuk yang dibalut kain halus membuatku dapat menikmati kehidupan yang tidak abadi ini.
            “Garaa, kedepan sebentar nak. Ibu mau minta tolong nih” dengan suara keras Ibuku memanggilku. “Siap Bu, Garaa kebawah” jawabku yang mulai bangkit dari sekumpulan pulau kapuk. “Ada apa bu? Minta tolong apa?” tanyaku perlahan. “Kamu coba pergi ke pasar, belikan sebotol susu besar. Persediaan susu kita tinggal sebijih jagung nak” pinta Ibuku. “Yosh, siap laksanakan” dengan semangat aku memulai langkah keluar dari rumahku.
***
            Kali ini aku tidak mengajak adik-adikku untuk pergi latihan. Melainkan aku ingin pergi sendiri. Siapa tahu aku menemukan sesuatu yang baru yang bisa dibuat bahan untuk latihan. Dengan mengikuti gaya ninja, dada dan punggung diturunkan 90 derajat, tangan lurus kebelakang serta kepala menghadap kedepan. Aku berlari ke hutan.
            Aku memulai latihanku dengan mengeluarkan samurai dari tempat persembunyiannya dan mencoba mengibaskannya diantara pepohonan yang seakan bisu akan kehadiranku. Tidak lama kemudian, seorang laki-laki misterius melompat turun dari pohon dan berada tepat didepanku. Dengan badan yang setara denganku dan rambut sedikit mengikuti gaya landak , dia berkata, “ Sedang apa kau disini? “.
“Seperti biasa aku latihan setiap hari di daerah sekitar sini. Lalu apa yang kau kerjakan disini?” tanyaku balik.
“Aku bosan dengan keadaan desaku. Aku ingin mencari sesuatu yang baru di hutan ini” Jawabnya.
Yosh, kelihatannya aku bisa jadi sesuatu barumu itu. Namamu siapa? “ dengan senyum aku mengulurkan tanganku terhadapnya.
Sembari menjabat tanganku dia menjawab, “ Senju dari klan... um maaf. Maksudku, namamu siapa? “
“ Namaku Gakido. Tapi kau bisa memanggilku Garaa. Jadi di klanmu ada peraturan seperti itu ya? Sama dengan klanku Ju “ dengan sedikit gugup aku menjawabnya.
“ Ah, lupakan itu dulu. Oke Garaa, kita kelihatannya bisa jadi teman latihan. Besok datanglah kesini lagi. Tepat disaat matahari setinggi tombak. Menurutku itu waktu yang tepat untuk mengeluarkan energi yin yan dengan baik. Setuju? “ dengan mata terpejam dan senyum dia menjabat tangaku sekali lagi.
“ Pengetahuanmu tentang energi seperti itu terlihat bahwa kau orang yang hebat. Oke, setuju”
            Dari situlah Aku dan Senju sering bertemu bukan hanya untuk latihan namun terkadang berbagi cerita tentang impian masa depan. Tanpa menghiraukan asal usul klan kami berasal. Kami menjadi teman yang sangat akrab dan sudah dianggap menjadi saudara sendiri. Sampai sampai karena sudah dilanda candu asik ketika latihan, aku sering meninggalkan rumah tanpa izin dari Ayah atau Ibuku.
            Waktu untuk bersama adik-adikku pun berkurang banyak. Mau tidak mau, hal itu menimbulkan rasa curiga mereka terhadapku. Sampai suatu ketika aku dipanggil oleh Ayahku ke ruang pertemuan beliau yang biasa dipergunkan untuk tamu-tamunya.
“ Garaa, akhir-akhir ini kau bersikap tidak biasa. Apakah ada masalah sehingga kau sering meninggalkan rumah? “ dengan ratapan sedikit serius dan nada yang agak tinggi, beliau bertanya kepadaku.
“ Sebenarnya tidak ada masalah Ayah. Aku hanya ingin pergi untuk latihan sendiri dan mengasah kemampuan bertarungku” jawabku santai
“ Apakah hal itu dapat dipercaya Garaa? Jangan sampai ada udang dibalik batu. Waktumu untuk bersama adik-adikmu pun hampir tidak ada gara-gara hal itu. Pangkas waktumu berlatih diluar rumah. Atur lagi sebaik mungkin” tutur Ayahku yang sepertinya sedikit kesal dengan perilakuku.
“ Baik Ayah. Maafkan Garaa”
***
            Ketika aku selesai latihan bersama Senju, aku beristirahat dibawah pohon besar. Lebat daunnya membuat keringatku tidak tega untuk keluar dari tubuhku. Ditambah angin sepoi-sepoi yang membuat sejuk suasana. Senju melompat turun dari atas pohon dan membawakanku buah anggur. Entah dari mana dia mendapatkannya. Yang teperting saat ini adalah dapat membuat tenggorakan merasakan manis sari kandungan buah itu.
            Tiba-tiba ada seorang yang berbadan. Dengan menghunuskan tepat didepan mukaku yang masih terlihat capek dia berkata,
“ Kamu mata-mata dari klan Araa yang berniat membunuh salah satu dari anggota kami ini kan? “
“ Hei!!! Jaga omonganmu. Aku bukan orang yang seperti itu. Aku bahkan tidak tahu kalian dari klan mana“ balasku dengan nada tinggi.
“ Deisuki, hentikan. Dia itu temanku. Kau jangan bermain api dengannya “ Senju mencoba menghentikan obrolan.
“ Jadi kau ingin menghianati klan Doujuro. Kita tidak bisa memliki hubungan apapun terhadap klan Araa yang jelas-jelas musuh kita. Bunuh dia sekarang atau kau dianggap pengkhianat. Perang besar akan terjadi gara-gara hal sepele ini “ gertak Deisuki mengancam.
“ Aku tidak bisa Deisuki, dia temanku. Dan aku... “
“ Senju, cukup. Lebih baik kau membunuhku dan anggap masalah ini selesai. Aku tidak ingin kau dibenci oleh keluarga dan klanmu“ kataku dengan sedikit memohon.
“ Baiklah Garaa, aku tidak tahu setelah ini kita bertemu dengan keadaan yang seperti kemarin. Mungkin dengan kejadian ini Ayahku menyatakan perang terhadap klanmu. Sampai bertemu dimedan perang sahabat“ dengan kelihatan terpaksa Senju pergi dengan orang yang disebutnya dengan Deisuki tadi.
Aku hanya bisa memandangi jejaknya yang tengah disapu oleh tiap-tiap hembusan angin yang ditiupkan utusan Tuhan di bumi ini. Perasanku setelah Senju berkata seperti itu membuat tekad api yang berada dalam diriku tersulut. Aku merasakan ada sesuatu yang mendorongku untuk melampiaskan nafsu membunuh yang berada dalam jiwa yang dibungkus badan bangkai ini.
***
Mata sebelah kananku terasa sembab setelah terkena bagian belakang pegangan pedang salah satu anggota klan Doujuro. Sampai saat ini hanya mataku yang merasakan sakit akibat perang ini. Aku memutuskan mundur ke bagian garis belakang pasukan klan Araa. Aku mencoba berhenti sejenak. Mengistirahatkan jantung yang sedari tadi aku paksa untuk menyuplai cairan merah ke seluruh tubuhku demi menghabiskan anggota klan Doujuro di medan perang.
Sejak perang dimulai aku tidak melihat batang hidung Senju, kawan yang saat ini menjadi lawan akibat keserakahan keputusan para pemimpin klan. Aku ingin di ajang pertumpahan darah ini bertemu dengannya dan saling menghunuskan ujung pedang satu sama lain. Aku ingin perang ini menjadi pertemuan terakhirku dengannya. Aku menganggap persahabatan yang telah dibangun sebelumnya ini akan berakhir indah jika kita berdua bisa mati bersama. Inilah saat yang tepat untuk mewujudkan anggapan tersebut.
Aku mulai bangkit kembali dan menuju garis depan pasukan perang klan Araa. Dengan motivasi itu, aku mencoba mencari Senju di tengah-tengah perang. Tanganku tidak berhenti memainkan pedang samurai yang menari-nari dihadapan tubuh lawan-lawanku. Darah hangat yang keluar dari tiap-tiap anggota tubuh mereka menjadi bukti bahwa dunia ini dipenuhi dengan rasa ketidak puasan terhadap sesuatu hal. Terfokus dalam hal yang kualami sekarang adalah sesuatu akan kekuasaan.
Padang rumput luas hanya bisa diam dan bersikap acuh ketika melihat sisi tajamnya samurai mensudahi waktu hidupnya manusia. Akhirnya aku melihat Senju dengan pakaiannya yang serba merah.
“ Senju !!! Kemari dan lawanlah aku “ Aku berteriak dengan keras
“ Huh, akhirnya kau muncul juga Tsabaku no Garaa. Mari kita akhiri semua pecundang. Hyaaaaaa! “ balas Senju sembari berlari menuju ke arahku.
            Momen seperti inilah yang aku tunggu. Tidak tahu mengapa, hatiku merasa puas akan hal yang mungkin dianggap tidak waras bagi orang lain. Samurai yang menjadi aktor sampingan penyalur kekuatan terkadang memercikan api akibat gesekan hebat kekuatan kami berdua. Dengan sedikit mengecoh, Senju berhasil melukai tangan kiriku yang saat itu lengah akan respon menghindar dari sisi tajam samurai.
“ Sudah mulai pusing wahai kawanku? “ kata Senju terhadapku.
“ Lumayan juga bagi seorang yang lemah dari klan Dojuro. Masih ada yang lain? “ sambil memegang tangan kiriku yang bersimpuh darah, aku membalas ejekannya dengan senyum damai.
“ Heh, mulai berani bocah ingusan ini. Terima ini... “ pedangnya mulai menuju kearahku.
“ Jangan berharap kita akan bertemu lagi dunia ini Senju. Aaaaa “ Aku letakkan pedangku dihadapanku untuk mengkis serangannya.
            Aku mencoba terus untuk bisa setidaknya menyayat bagian tubuh yang sama seperti yang dilakukannya terhadap tangan kiriku. Kuarahkan samuraiku dari bawah perutku keatas menuju kepalanya. Dengan cepat kawanku itu menghindari seranganku tadi. Namun, sedikit bagian dada kanan dan pundaknya terkena pucuk besi panjang tipis yang tajam.
***

            Perang ini memang tidak kenal yang namanya waktu. Matahari mulai tergelincir kebawah namun pertumpahan darah ini belum ada habisnya. Aku dan Senju juga belum bisa mengakhiri adu pikiran dan kekuatan yang sedari tadi kami keluarkan untuk menghindar dari kekalahan. Aku masih mempunyai keinginan untuk bisa mewujudkan anggapanku tadi, anggapan indah ketika bisa menghunuskan dan saling menghilangkan kehidupan diantara kami berdua.
            Senju berhasil memotong dua jari tangan kananku. Namun dalam posisi ini aku masih tetap diuntungkan dengan berhasil melukai matanya. Aku sudah capek dengan semua gerak dan tarian samurai Senju yang mencoba mematikanku. Berbeda dengan kawan baikku, dia terlihat sangat menikmati pertarungan tunggal ini. Jelas terlihat diantara raut wajah yang menunjukkan raut tidak lelah dan sumringah. Aku mencoba mencari celah untuk bisa menancapkan boneka besi tajam tepat ke dadanya.
            “ Jrooot “ suara jantung yang robek akibat terkaman boneka besi tajamku itu. Darah segar mengalir keluar dari tubuhnya diiringi keringatku. Aku pikir dengan begitu Senju sudah tidak bisa bergerak, melakukan tarian samurainya lagi. Dugaanku salah kaprah, Dia memegang tanganku yang masih belum bergerak dari pegangan samurai. Pikiranku mendadak kosong. Aku jadi bingung apa yang telah Senju lakukan baru saja terhadapku. Tinggal cahaya laptopku saja yang tersisa di kamarku. Tidak terasa sudah dua jam aku membuat cerita ini. Jam menunjukkan 22.04 WIB, sudah pantas mataku untuk beristirahat. Setelah aku menyimpan data ceritaku, aku mematikan laptopku lalu menuju pulau kapuk dan bersiap meraih mimpi malam ini.