Ads 468x60px

Pages

Kamis, 18 Februari 2016

Membandingkan Unsur Intrinsik Cerpen Bejo dan Tukang Cukur dengan Hikayat Abu Nawas

Hikayat Abu Nawas

Disuatu masa hidup seorang lakilaki yang punya sifat kikir .Ia mempunyai sebuah rumah yang cukup besar. Di dalam rumah itu dia tinggal bersama seorang istri dan 3 orang anaknya yang masih kecilkecil. Lakilaki ini merasa rumahnya sudah sangat sempit dengan keberadaannya dan keluarganya. Namun, untuk memperluas rumahnya sang lelaki merasa sayang untuk mengeluarkan uang. Ia putar otak bagaimana caranya agar ia bisa memperluas rumahnya tanpa mengeluarkan banyak. Akhirnya,ia mendatangi Abu Nawas, seorang cerdik dikampungnya. Pergilah Ia menuju rumah Abu Nawas.
            
         Si Lelaki : “ Salam hai Abu Nawas,semoga engkau selamat sejahtera.” Abu Nawas : “salam juga untukmu hai orang asing, ada apa gerangan kamu mendatangi kediamanku yang reot ini ?” Si lelaki lalu menceritakan masalah yang Ia hadapi. Abu Nawas mendengar dengan seksama. Setelah si Lelaki selesai bercerita, Abu Nawas tampak tepekur sesaat, tersenyum, lalu Ia berkata “ Hai Fulan, jika kamu menghendaki kediaman yang lebih luas, belilah sepasang ayam, jantan dan betina, lalu buatkan kandang didalam rumahmu. 3 hari lagi kau lapor padaku bagaimana keadaan rumahmu.” Si Lelaki bingung, apa hubungannya ayam dengan luas rumah, tapi Ia tak membantah. Sepulang dari rumah Abu Nawas, Ia membeli sepasang ayam, lalu membuatkan kandang untuk ayamnya didalam rumah.

3 hari kemudian, Ia kembali kekediaman Abu Nawas, dengan wajah berkerut. Abu Nawas : “ Bagaimana Fulan, sudah bertambah luaskah kediamanmu?” Si Lelaki : “boro boro ya Abu. Apa kamu yakin idemu ini tidak salah? Rumahku tambah kacau dengan adanya kedua ekor ayam itu. Mereka membuat keributan dan kotorannya berbau tak sedap.” Abu Nawas sambil tersenyum berkata “  kalau begitu tambahkan sepasang bebek dan buatkan kandang didalam rumahmu. Lalu kembali 3 hari lagi.” Si lelaki terperanjat.Kemarin ayam sekarang bebek,memangnya rumahnya peternakan?.atau sicerdik abunawas ini sedang kumat jahilnya?Namun seperti pertama kali,ia tak berani membantah,karena ingat reputasi abunawas yang selalu berhasil memecahkan berbagai masalah.pergilah ia ke pasar,dibelinya sepasang bebek,lalu dibuatkannya kandang didalam rumahnya.

Setelah 3 hari ia kembali menemui abu nawas. abu nawas : “bagaimana fulan,kediamanmu sedah mulai terasa luas atau belum ?” si lelaki : “Aduh Abu,ampun,jangan kau menegerjai aku.saat ini adalah saat paling parah selama aku tinggal dirumah itu.rumahku sekarang sangat mirip pasar unggas,sempit,padat,dan baunya bukan main.” abunawas : “waah,bagus kalau begitu.tambahkan seekor kambing lagi.buatkan ia kandang didalam rumahmu juga.lalu kembali kesini 3 hari lagi.” si lelaki : “apa kau sudah gila abu ?kemarin ayam,bebek dan sekarang kambing.apa tidak ada cara lain yang lebih normal?” abunawas : “lakukan saja,jangan membantah.” Lelaki itu tertunduk lesu,bagaimanapun juga yang memberi ide adalah abunawas,sicerdik pandai yang tersohor.maka dengan pasrah pergilah ia ke pasar dan membeli seekor kambing,lalu ia membuatkan kandang didalam rumahnya.

3 hari kemudian dia kembali menemui abunawas abunawas : “bagaimana fulan ? sudah membesarkah kediamanmu ?” si lelaki : “rumahku sekarang benarbenar sudah jadi neraka.istriku mengomel sepanjang hari,anakanak menangis, semua hewanhewan berkotek dan mengembik,bau,panas,sumpek,betulbetul parah ya abu.tolong aku abu,jangan suruh aku beli sapi dan mengandangkannya dirumahku,aku tak sanggup ya abu.” abu nawas : “baiklah,kalau begitu,pulanglah kamu,lalu juallah kambingmu kepasar,besok kau kembali untuk menceritakan keadaan rumahmu.” si lelaki pulang sambil bertanyatanya dalam hatinya,kemarin disuruh beli,sekarang disuruh jual,apa maunya si abunawas.namun,ia tetap menjual kambingnya kepasar.keesokan harinya ia kembali kerumah abunawas. abu nawas : “bagaimana kondisi rumahmu hari ini ?” si lelaki :”yah,lumayan lah abu,paling tidak bau dari kambing dan suara embikannya yang berisik sudah tak kudengar lagi.” abu nawas : “kalau begitu juallah bebekbebekmu hari ini,besok kau kembali kemari” si lelaki pulang kerumahnya dan menjual bebekbebek nya kepasar.esok harinya ia kembali kerumah abunawas abunawas : “jadi,bagaimana kondisi rumahmu hari ini?” si lelaki : “syukurlah abu,dengan perginya bebekbebek itu,rumahku jadi jauh lebih tenang dan tidak terlalu sumpek dan bau lagi.anakanak ku juga sudah mulai berhenti menangis.” abunawas.bagus.”kini juallah ayamayam mu kepasar dan kembali besok ” si lelaki pulang dan menjual ayamayam nya kepasar.keesokan harinya ia kembali dengan wajah yang berseriseri kerumah Abunawas abunawas : “kulihat wajahmu cerah hai fulan,bagaimana kondisi rumahmu saat ini?” si lelaki :”alhamdulillah ya abu,sekarang rasanya rumahku sangat lega karena ayam dan kandangnya sudah tidak ada.kini istriku sudah tidak marahmarah lagi,anakanak ku juga sudah tidak rewel.” abunawas : “(sambil tersenyum) nah nah,kau lihat kan,sekarang rumahmu sudah menjadi luas padahal kau tidak menambah bangunan apapun atau memperluas tanah banguanmu.sesungguhnya rumahmu itu cukup luas,hanya hatimu sempit sehingga kau tak melihat betapa luasnya rumahmu.mulai sekarang kau harus lebih banyak bersyukur.

           



Bejo dan Tukang Cukur


     Ketika seorang pengusaha sedang memotong rambutnya pada tukang cukur yang berdomisili tak jauh dari kantornya, mereka melihat ada seorang anak kecil berlari-lari dan melompat-lompat di depan.

Tukang Cukur berkata “ Pak coba lihat anak yg di depan itu”
Pengusaha “ Memangnya kenapa anak nya lucu dan lincah, ya”

Tukang Cukur tertawa “ Hahaha”
Pengusaha “Memangnya ada yg salah?” sambil melihat tukang cukur

Tukang cukur berkata, "Itu Bejo pak, dia anak paling bodoh di dunia"
"Apa iya?" jawab pengusaha
Tukang cukur “ Coba perhatikan pak”


Lalu tukang cukur memanggil si Bejo, ia lalu merogoh kantongnya dan mengeluarkan lembaran uang Rp. 5000 dan Rp. 2000, lalu menyuruh Bejo memilih,

"Bejo, kamu boleh pilih & ambil salah satu uang ini, terserah kamu mau pilih yang mana, ayo nih!"


Bejo melihat ke tangan Tukang cukur dimana ada uang Rp. 5000 dan Rp. 2000, lalu dengan cepat tangannya bergerak mengambil uang Rp. 2000.
Si bejo langsung melompat kegirangan mendapat uang Rp.2000 tadi.


Tukang cukur dengan perasaan benar dan menang lalu berbalik kepada sang pengusaha dan berkata, "Benar kan yang saya katakan tadi, Bejo itu memang anak terbodoh yang pernah saya temui. Sudah tak terhitung berapa kali saya lakukan tes seperti itu tadi dan ia selalu mengambil uang yang nilainya paling kecil."


Setelah sang pengusaha selesai memotong rambutnya, di tengah perjalanan pulang dia bertemu dengan Bejo. Karena merasa penasaran dengan apa yang dia lihat sebelumnya, dia pun memanggil Bejo lalu melakukan hal yg dilakukan oleh tukang cukur tadi,,

Pengusaha “Bejo, sini”


Bejo pun menghampir  ” Ada apa pak?”

Pengusaha “ lihat ini, ya”.  Ia lalu merogoh kantongnya dan mengeluarkan lembaran uang Rp. 5000 dan Rp. 2000 lalu menyuruh Bejo memilih, "Bejo, kamu boleh pilih & ambil salah satu uang ini, terserah kamu mau pilih yang mana, ayo nih!"

      Bejo pun langsung melihat ke tangan pengusaha dimana yg ada uang Rp. 2000 saja tanpa menoleh uang Rp.5000, lalu dengan cepat tangannya bergerak mengambil uang Rp. 2000.

     Karena penasaran Pengusaha berkata “Bejo, sekali lagi ya”. Tetapi hasil yg diterima sang pengusaha tetap sama. Lalu pengusaha yg penasaran pun bertanya kepada bejo. "Bejo tadi kenapa sewaktu saya dan tukang cukur menawarkan uang lembaran Rp. 5000 dan Rp. 2000, kok yang kamu ambil uang yang Rp. 2000, kenapa tak ambil yang Rp. 5000, nilainya kan lebih besar 2 kali lipat dari yang Rp. 2000?". Bejo pun berkata dengan sangat polos, " Begini , Pak. Saya tidak akan dapat lagi Rp. 2000 setiap hari, karena tukang cukur dan bapak pasti akan selalu penasaran kenapa saya tidak ambil yang Rp.5000. Kalau saya ambil yang Rp. 5000, berarti permainannya akan selesai. Lebih baik memilih Rp. 2000, walaupun kecil tapi dapat jatah setiap hari."

-Analisis Unsur Intrinsik

Tema yang dipakai dalam cerpen dan hikayat ini sama-sama tentang kecerdikan seseorang dalam suatu masalah. Perbedaannya dalam cerpen, kecerdikan Bejo dilakukan untuk dirinya sendiri. Sedangkan dalam hikayat, Abu Nawas memberikan solusi terhadap masalah seseorang dengan kecerdikannya. Dengan seperti itu, berdampak pula terhadap nilai moralnya. Cerpen Bejo dan Tukang Cukur mengajarkan kita untuk tidak menganggap remeh suatu hal yang saat itu dinilai aneh namun sangat cerdik dan berarti. Namun dalam hikayat, Abu Nawas mengajarkan kepada kita untuk selalu bersyukur dengan melihat apa saja yang telah diberikan tuhan untuk kita semua.

Sudut pandang yang digunakan adalah sama-sama menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Sehingga cerita tidak menggunakan “Aku” sebagai pengantar cerita.
            
            Alur dalam cerpen dan hikayat sama-sama maju. Walaupun sama-sama maju tetap mempunyai perbedaan. Dalam cerpen alur majunya langsung berurutan. Jadi setelah kejadian sebelumnya langsung diteruskan ke kejadian berikutnya hari itu juga. Sedangkan dalam hikayat dijelaskan alurnya berurutan namun berbeda dalam hari eksekusinya.
            
            Cerpen dan hikayat diatas mempunyai latar waktu yang sama, yaitu siang hari. Terlihat jelas ketika di cerpen saat tukang cukur mencukur si pengusaha. Dalam hikayat terlihat saat si lelaki membeli hewan ternaknya di pasar. Latar tempat dalam cerpen adalah tempat cukur dan jalan. Sedangkan hikayat menggunakan pasar dan rumah. Ada perbedaan dalam latar suasana anatara cerpen dan hikayat. Dalam cerpen latar suasananya terlihat bahagia, namun dalam hikayat terlihat susah ketika si lelaki mengeluh tentang rumahnya. Lalu dalam hikayat beralih  menjadi bahagia ketika Abu Nawas memberikan pertanyaan-pernyataan kepada si lelaki setelah penjualan hewan ternaknya.
            
            Gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen adalah bahasa Indonesia yang digunakan pada saat ini. Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Namun hikayat menggunakan bahasa Melayu. Sedikit susah dimengerti karena memang sedikit berbeda dengan bahasa Indonesia namun tetap bisa dicerna.
            
            Tokoh yang diceritakan dalam hikayat biasanya tokoh yang terkenal. Terbukti dalam hikayat ini yang menjadi tokoh utamanya adalah Abu Nawas. Sedangkan dalam cerpen belum tentu orang yang terkenal namun merakyat seperti si Bejo, Andi, Budi, dan lain-lain.
            
            Penokohan yang berbeda disini dapat dilihat bahwa Bejo dan Abu Nawas berbeda dalam menggunakan kecerdikannya. Kecerdikan Bejo digunakan untuk dirinya sendiri sedangkan Abu Nawas untuk menyelesaikan masalah orang lain.